Dari waktu ke waktu ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya. Dahulu orang bertukar kabar dengan surat yang membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan balasannya, tapi kini setelah ditemukan HP ketika ingin bertukar kabar tak perlu menunggu lama. Itu semua tentu tak lepas dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan yang kian hari kian pesat. Untuk itulah kita diwajibkan untuk menuntut ilmu. Baik ilmu agama yang hukumnya fardhu 'ain, ataupun ilmu-ilnkjmu yang menyangkut kemaslahatan umum dengan hukum fardhu kifayah.
Pentingnya kedudukan ilmu dalam kehidupan ini sering tidak disadari oleh orang. Kebanyakan lebih mengutamakan harta benda dibanding ilmu. Padahal sebenarnya harta benda itu sendiri dapat habis dengan sekejap jika ia tak memiki ilmu untuk tetap memeliharanya.
Sebagaimana sabda Rasulullah;
"Nabi Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan dan ilmu. Maka dia memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan harta benda." (H.R. Ad-Dailami).
Ini berarti, dengan ilmu segala sesuatu dapat tercapai, selama ia istiqamah dan ada dalam jalan Allah SWT. ke-istiqamahan dan selalu ada di jalan Allah dalam menuntut ilmu ataupun dalam mengamalkannya, secara otomatis ia akan mampu menjalankan hidup dengan baik untuk mencapai tujuannya, baik dunia maupun akhirat.
Belajar ilmu pengetahuan sangatlah dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman dalam surat At Taubah ayat 122;
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Rasulullah bersabda;
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan, maka dengan apa yang dilakukannya itu Allah akan menempuhkan suatu jalan untuknya guna menuju syurga” (HR. Muslim).
Dari Abu Musa, RA, Nabi bersabda;
“Perumpamaan petunjuk dan ilmu pengetahuan yang Allah mengutus aku untuk menyampaikannya, seperti hujan lebat jatuh ke bumi. Bumi itu ada yang subur, menghisap air, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Adapula yang keras, tidak menghisap air sehingga tergenang. Maka Allah member manfaat dengan dia bagi manusia. Mereka dapat minum dan member minum (binatang ternak) dan untuk bercocok tanam. Dan adapula hujan yang jatuh ke bagian lain, yaitu diatas tanah yang tidak menggenangkan air dan tidakpula menumbuhkan rumput. Begitulah perumpamaan orang yang belajar agama yang mau memanfaatkan apa yang aku disuruh Allah menyampaikannya, mempelajarinya dan mengajarkannya. Dan begitulah perumpamaan yang tidak mau memikirkan dan mengambil peduli dengan petunjuk Allah yang aku diutus untuk menyampaikannya”(HR. Bukhari).
Meskipun demikian Rasulullah juga berdoa untuk berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat. Dari Abu Hurairah, RA, bahwa Rasulullah pernah berdoa; “ Allahumma inni a’udzubika min ‘ilmin laa yanfa’wa min qalbin laa yakhsya’ wa min nafsin laa tasyba’ wa min du’aain laa yusma’ (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu, jiwa yang tidak pernah merasa kenyang (puas) dan doa yang tidak didengar)”(HR. An-Nisa’i. Hadits ini juga terdapat di dalam hadits Muslim dan At-Tirmidzi dari hadits Zaid bin Arqam).
Pentingnya kedudukan ilmu dalam kehidupan ini sering tidak disadari oleh orang. Kebanyakan lebih mengutamakan harta benda dibanding ilmu. Padahal sebenarnya harta benda itu sendiri dapat habis dengan sekejap jika ia tak memiki ilmu untuk tetap memeliharanya.
Sebagaimana sabda Rasulullah;
"Nabi Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan dan ilmu. Maka dia memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan harta benda." (H.R. Ad-Dailami).
Ini berarti, dengan ilmu segala sesuatu dapat tercapai, selama ia istiqamah dan ada dalam jalan Allah SWT. ke-istiqamahan dan selalu ada di jalan Allah dalam menuntut ilmu ataupun dalam mengamalkannya, secara otomatis ia akan mampu menjalankan hidup dengan baik untuk mencapai tujuannya, baik dunia maupun akhirat.
Belajar ilmu pengetahuan sangatlah dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman dalam surat At Taubah ayat 122;
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Rasulullah bersabda;
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan, maka dengan apa yang dilakukannya itu Allah akan menempuhkan suatu jalan untuknya guna menuju syurga” (HR. Muslim).
Dari Abu Musa, RA, Nabi bersabda;
“Perumpamaan petunjuk dan ilmu pengetahuan yang Allah mengutus aku untuk menyampaikannya, seperti hujan lebat jatuh ke bumi. Bumi itu ada yang subur, menghisap air, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Adapula yang keras, tidak menghisap air sehingga tergenang. Maka Allah member manfaat dengan dia bagi manusia. Mereka dapat minum dan member minum (binatang ternak) dan untuk bercocok tanam. Dan adapula hujan yang jatuh ke bagian lain, yaitu diatas tanah yang tidak menggenangkan air dan tidakpula menumbuhkan rumput. Begitulah perumpamaan orang yang belajar agama yang mau memanfaatkan apa yang aku disuruh Allah menyampaikannya, mempelajarinya dan mengajarkannya. Dan begitulah perumpamaan yang tidak mau memikirkan dan mengambil peduli dengan petunjuk Allah yang aku diutus untuk menyampaikannya”(HR. Bukhari).
Meskipun demikian Rasulullah juga berdoa untuk berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat. Dari Abu Hurairah, RA, bahwa Rasulullah pernah berdoa; “ Allahumma inni a’udzubika min ‘ilmin laa yanfa’wa min qalbin laa yakhsya’ wa min nafsin laa tasyba’ wa min du’aain laa yusma’ (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu, jiwa yang tidak pernah merasa kenyang (puas) dan doa yang tidak didengar)”(HR. An-Nisa’i. Hadits ini juga terdapat di dalam hadits Muslim dan At-Tirmidzi dari hadits Zaid bin Arqam).
0 komentar:
Posting Komentar